Sabtu, 05 Juni 2010

acara - Seminar Fotografi “Dibalik Ekspedisi Foto” with: Reynold Sumayku

Kelompok Mahasiswa Peminat Fotografi - Universitas Negeri Jakarta
(KMPF - UNJ)

Mempersembahkan:
Pameran Foto Bangka Belitung " Pelangi di Timur Andalas "
30 Mei – 12 Juni 2010
di Museum Bank Mandiri
Jl. Lapangan Stasiun No.1, Kota – Jakarta

Menampilkan Karya 13 Fotografer Muda :
1.Aditya Hendi Suroso
2.Aulia Marinda
3. Bramanti Diah Palupi
4. Dadang Kusuma Wira Saputra
5.Gilang Nandiaputri
6.Haritsah Al-Mudatsir
7.M.Lukmansyah
8.M.Sridipo
9.M.Khadafi
10.Nur Fadhilah
11.Pelangi M Putri
12.Putri Handayani
13.Yolly Rizki Afrianto


• Pembukaan Pameran :
Minggu, 30 Mei 2010 Pukul 17.00 WIB

• Seminar “Fotografi Landscape” (Free)
Pembicara : Misbachul Munir
Kamis, 3 Juni 2010 Pukul 15.00 WIB

• Seminar “Dibalik Ekspedisi Foto” (Free)
Pembicara : Reynold Sumayku (National Geographic)
Minggu, 6 Juni 2010 Pukul 13.00 WIB

• Talkshow “Belitung sebagai Tempat Eksplorasi Fotografi” (Free)
Pembicara : Timur Angin, Rustam Effendie
Sabtu, 12 Juni 2010 Pukul 15.00 WIB

fb;http://www.facebook.com/event.php?eid=106607389374999

acara - GEMPITA GIANYAR 2010 - Ubud Art, Cultural & Fashion Festival

GEMPITA GIANYAR 2010 presents:

***********************************

TRI HITA KARANA

Friday, 2 July 2010
Lapangan Astina Ubud | start 21:00 WITA

Music Director:
Dewa Budjana

Special Performance:
Gita Gutawa, Ayu Laksmi, Oka Dalam and Ketut Rina

Art Director:
Jay Subyakto

TRI HITA KARANA will be the grandest cultural performance ever showed on an outdoor stage in Ubud. Presenting a musical direction of Dewa Budjana, TRI HITA KARANA is magical collaboration of Balinese music, dance and performing art by more than 150 performers on stage.

Booking Info: Meytin/Widya +62+21+765-8420 (limited seats)

***********************************

UBUD STREET BASH

Saturday, 3 July 2010 | start 16:00 WITA
Start: Puri Ubud - Finish: Lapangan Astina Ubud

Tenun Fashion Parade by:
Chossy Latu | Denny Wirawan | Deden Siswanto | Ivan Gunawan | Era Soekamto | Barli Asmara | Syahreza Muslim | Ali Charisma | Ari Seputra | Ade Sagi | Danny Satriadi | Oscar Lawalata | Angelica Wu | Dina Midiani | Dwi Iskandar | Enny Ming | Lenny Agustin | Malik Moestam | Monika Weber | Yenli Wijaya | Oka Diputra | Putu Aliki | Sofie | Tude Togog | Tjok Abi | Taruna K Kusmayadi | Thomas Sigar

An art and fashion parade by over 1,300 people on the street of Ubud comprising of Balinese musical groups and dancers from 7 dub-districts in Gianyar, more than 50 models, local students, Youth Art Camp participants and more.

***********************************

PELIATAN ROYAL HERITAGE DINNER

Saturday, 3 July 2010 | start 19:30 WITA
Puri Peliatan, Gianyar

A Balinese royal dinner in an authentic Balinese ways of serving and presentation to appreciate the royal heritage of Gianyar, with attractive entertainment of Balinese and Indian sensual dance and musical performances.

Reservation: Meytin/Widya +62+21+765-8420 (limited seats)

***********************************

YOUTH ART CAMP

Ubud | 30 June - 4 July 2010

5 days of art adventure, and learning about Balinese art and tradition directly from the maestros. The Camp participants will take part in the TRI HITA KARANA performance.

Participant Registration: Meytin/Widya +62+21+765-8420

***********************************

GEMPITA GIANYAR 2010 is:

presented by Yayasan Sekar Saji Nusantara

supported by Pemerintah Kabupaten Gianyar

organized by Mamuli & Dua Synergy Communications

promoted by Dua Synergy Communications

media partners:
HARPER's BAZAAR | ESQUIRE | AMICA | SPICE | COSMO GIRL
HARD ROCK FM NETWORK | I RADIO NETWORK | COSMOPOLITAN FM
TRANS 7

fb:http://www.facebook.com/event.php?eid=129214290426520

Jumat, 04 Juni 2010

acara - Hip! Hip! Hero! Visual Art Exhibition

Dua perupa Yogyakarta, Joko “Gundul” Sulistiono dan Priyaris Munandar, hendak menyuguhkan 14 karya lukisnya di Galeri Apik, di Jl. Radio Dalam Raya No. 30, Jakarta Selatan, 6 Juni hingga 6 Juli mendatang. Mereka bergabung dalam satu perhelatan pameran seni rupa bertajuk kuratorial “Hip! Hip! Hero!” Rencananya, pameran akan dibuak oleh mantan aktivis mahasiswa 1998 yang juga anggota DPR RI, Budiman Sudjatmiko, MSc., MPhil. Dengan special performance Afgan dan Olivia Lubis Jensen.

Secara umum, pameran ini menggagas tentang problem kepahlawanan dalam konteks sosial kemasyarakatan mutakhir atau “hari ini”. Tentu saja dengan modus, cara pandang, dan eksekusi visual mereka masing-masing. Joko “Gundul” Sulistiono lebih banyak membongkar kembali laci ingatan dia (dan masyarakat sebagai bagian dari cerminnya) tentang tokoh-tokoh heroik dalam dunia komik produksi Barat, persisnya figur-figur rekaan Marvel, sebuah perusahaan komik di Amerika Serikat yang mengintroduksikan serial fiksi kepahlawanan. Namun demikian Joko juga mengaduknya dengan seri ingatannya tentang diri dan keluarga yang juga diasumsikan sebagai pemilik spirit “heroisme”.

Joko merupakan seniman yang pada tahun 1999 karyanya berhasil masuk dalam jajaran 5 Besar Kompetisi Indonesia Art Award Philip Morris. Lewat prestasinya itu, dia (bersama 4 seniman lain) berangkat ke Singapura untuk bertarung dengan para finalis kompetisi serupa di tingkat ASEAN. Dia masuk kuliah di Program Studi Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (FSR-ISI) Yogyakarta tahun 1990.

Sementara Priyaris Munandar lebih tertarik untuk mengulik gambaran tentang aspek-aspek heroisme dalam lintasan “sejarah” masa lalu. Dikatakan “sejarah” (dalam tanda kutip) karena Priyaris, secara visual, memberi penekanan pada warna-warna kusam yang berkesan kuno, dengan narasi tentang deretan pasukan atau senjata (perang) yang berjajar ritmis seperti yang banyak dikisahkan dalam cerita sejarah. Namun karyanya ini lepas dari gambaran factual atas sejarah dari kelompok masyarakat tertentu, pada waktu tertentu, dan dalam ikatan konteks ruang yang jelas. Priyaris sekadar menggambarkan “sesukanya” dengan bekal ingatan dan imajinasinya atas kisah sebuah perang yang heroik, dan semacamnya.

Seniman ini tergolong seniman muda yang masih memiliki peluang untuk berkembang dengan baik di kurun waktu ke depan. Tahun ini, salah satu karyanya masuk menjadi finalis dalam kompetisi seni rupa yang prestisius, Indonesia Art Award 2010. Dia juga satu almamater dengan Joko “Gundul” dengan masuk FSR ISI Yogyakarta tahun 1999.

Dua seniman ini, memang menjadi kombinasi yang menarik,. Secara visual tidak menawarkan sebuah keseragaman yang ketat dan monotonitas karena masing-masing membawa dinamika gambar. Sedangkan secara substansial karya mereka seperti tengah membaca dan memaknai kembali gambaran tentang pahlawan dengan perspektif dan imajinasi mereka sendiri. Inilah titik penting dari pameran ini. Pameran ini dikuratori oleh Kuss Indarto.

www.galeriapik.com
+62 21 7204723, +62 812 1062242
galeriapik@gmail.com
fb:http://www.facebook.com/event.php?eid=126898457329924

acara - Hunting KT (Kota Tua) with KFB

Dear Temen2 KFB,

Selama ini saya sering nerima pertanyaan dari temen2 yg cuma punya kamera saku atau kamera HP, "Kamera saya cuma segini. Boleh ngga ikutan hunting bareng KFB?".
Jawaban saya untuk pertanyaan tsb selalu sama, "Boleh dong...".
Tapi tetap aja saya jarang banget melihat temen2 pemakai kamera saku dan kamera HP ikutan hunting bareng KFB.
Padahal saya tulis tuh di info ttg KFB : Semua kegiatan yang diselenggarakan KFB terbuka bagi semua orang tanpa batasan wilayah, dan juga tanpa batasan keahlian, peralatan, usia dan profesi (dan tentu saja tanpa batasan SARA).

Berawal dari ide dadakan ketika selesai hunting di Curug Seribu, beberapa temen KFB berniat mengadakan hunting untuk temen2 yg menggunakan kamera saku dan kamera HP...

Tanggal : 6 Juni 2010
Meeting point : Stasiun Kereta Bogor
Kumpul jam 7 pagi lalu berangkat bareng ke Kota Tua.
Pulang dari Kota Tua kira2 jam 2 siang.

Note : bagi temen2 yg ngga punya kamera saku atau kamera HP (cuma punya kamera DSLR, kamera analog, dll) atau mau pake kamera tipe lain (lomo, kamera lubang jarum) boleh ikutan acara ini... Yang penting silaturahminya koq...

CP :
Ready H. 08569999097
Ria Pitaloka 085711758969
Renni Fajarwati 02519550760

Salam KFB.

// Ready H //

Note : Sumber Foto from Klinik Kompas
fb:http://www.facebook.com/event.php?eid=131041283578906

acara - CONTACT LENS

Victor Zwiers adalah seniman asal Den Haag, Belanda yang melakukan residensi seni di MES 56. Selama 3 bulan ia beradaptasi dan melakukan observasi lingkungan baru yang memiliki pola sosial, budaya dan kondisi cuaca yang berbeda. Komunikasi dan interaksi yang terjadi adalah sebuah jarak pandang yang berlapis-lapis baginya. Hal ini kemudian merangsang proses kreatifnya yang menghasilkan beberapa karya beragam baik yang bersifat intuitif berbasis pengalaman sosial yang dialaminya hingga karya argumentatif yang ia hasilkan dari pengamatan lingkungan sekitar.

Setelah mengadakan lokakarya bersama mahasiswa di Yogyakarta dengan tema konseptual portret selama 2 minggu, "Contact Lens" adalah pameran tunggal yang merupakan presentasi akhir dari program residensi seni ini.

Victor lahir di Leidschendam, Belanda pada 25 Februari 1985. Saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa Interactive Media Design di The Royal Academy of Art, Den Haag, Belanda. Victor juga bekerja secara freelance di bidang desain grafis baik cetak maupun digital.

tempat: mess56 (Jalan Nagan Lor no17 Yogya)
waktu: 4-25 Juni 2010

Pameran ini akan dimeriahkan oleh
Mystical & JFK

Kontak:
hello@victoralex.com
http://www.victoralex.com/
fb: http://www.facebook.com/event.php?eid=127512833933706

puisi - Karena Aku….

Dalam perjalanan panjang menuju aku
Kuikuti nasihat alam
Kuhentikan langkah tepat dipersimpangan
Dua, tiga, empat, bahkan lebih jalan terbuka lebar
Telah siap menyambut, lengkap dengan segala macam jamuan
Diam…
Kakiku tak kunjung tergerak untuk melangkah
Bayang-bayang masa lalu masih menggelayut
Menarikku seakan tak rela
Memaksaku untuk kembali
Berat…
Di tengah euforia kegelisahan
Kucari-cari dan kuputuskan
Kumasuki dunia dengan tujuh matahari
Dan jutaan bintang yang bersinar
Inilah duniaku…
Dunia yang selalu terang
Dunia yang mampu melawan hitam
Karena aku …
Karena aku…
Karena aku pelukis cahaya

Nasionalisme Mengusut

Pada tanggal 19 dan 20 Mei 2010, UGM mengadakan sarasehan nasional dengan mengangkat isu nasionalisme sebagai pembangun karakter bangsa. Bertempat di Balai Senat UGM, nama-nama besar seperti Asvi Warman Adam, Siswono Yudhohusodo, Panglima TNI Jenderal Joko Santosa, dan Surya Paloh didatangkan sebagai narasumber.
Perbincangan mengenai nasionalisme dan character building seakan tidak akan pernah basi mengingat keadaan Indonesia sekarang yang semakin carut marut, tidak hanya para elite politik, tetapi juga masyarakat luas. Maka dipilihlah judul “Nasionalisme Mengusut” yang mengakar dari dua kunci pokok, kusut dan usut. Akar yang pertama adalah kusut, contoh nyata mengusutnya nasionalisme adalah perginya Sri Mulyani dari kursi Mentri Keunangan untuk lebih memilih menduduki kursi di Bank Dunia, jelas hal ini menyisakan masalah besar bagi ketatanegaraan. Akar kedua adalah usut, yang berarti nasionalismelah yang layak menjelaskan apa siapanya diri nasion ini di masa kini, yaitu dengan rasionalitas dan spiritualitas. Nasionalisme adalah soal rasa, imajinasi dan kecintaan ketanahairan. Penulis dunia R. Freeman menjelaskan kemajuan peradaban suatu bangsa, termasuk demi bangunan kukuh nasionalismenya adalah memajukan daya pernalarannya. Nasionalisme sesungguhnya sudah lama berteriak kepada wargabangsa betapa kita telah menjadi bebek dan budak kemodernan seraya kehilangan jatidiri

Komentar:
Ya, sepertinya momen kebangkitan nasional dimanfaatkan baik oleh universitas untuk mengangkat tema nasionalisme dalam sarasehan nasional. Sarasehan ini mengingatkan kita kembali betapa pentingnya penanaman nasionalisme sebagai sebuah character building bagi seluruh masyarakat, yang berfungsi sebagai benang penghubung antar individu dalam konteks keindonesiaan.
Menilik situasi saat ini, beberapa kasus besar yang diberitakan media tidak jauh dari permasalahan nasionalisme. Perginya Sri Mulyani ke Bank Dunia, kasus Susno, mafia peradilan, hingga kasus di perpajakan merupakan hasil dari kegagalan merasuknya nilai-nilai nasionalisme. Keputusan Sri Mulyani bergabung dengan Bank Dunia menurut saya kurang bijak, meski kita tahu betapa banyak pihak yang mendemonya untuk turun dari jabatan Menteri Keuangan, setidaknya masih ada tempat lain yang lebih baik jika memang harus turun jabatan. Begitu juga dengan kasus mafia peradilan dan perpajakan, dengan semena-mena mereka melakukan tindakan yang merugikan negara demi memuluskan jalan dan tujuan masing-masing. Keegoisan akan kekuasaan telah melunturkan semangat nasionalisme yang harusnya mengakar kuat dalam diri.
Bak gunung es, sedikit kasus yang melejit diatas hanyalah beberapa dari ribuan permasalahan yang terjadi saat ini. Oknum-oknum di tingkat rendahan pun saat ini mulai ikut-ikutan menyalahgunakan kekuasaan mereka, atau yang paling sederhana adalah sikap kaum muda yang malu menunjukkan keindonesiannya dengan mengubah diri layaknya orang barat. Pudarnya nasionalisme memang sudah universal, kini saatnya kita menyadari akan situasi ini dan mulai menata kembali rasa dan intuisi kita akan arti nasionalisme.
****
Nasionalisme masa kini, barangkali sebagian penduduk negeri ini tidak menyadari bahwa hal tersebut telah mengalami kemerosotan. Ditilik dari perjalanan negeri ini, agaknya nasionalisme yang dalam negara ini mengalami pengusutan. Kerancuan nasionalisme sehingga mengusut seperti sekarang ini sangat dipengaruhi dengan isu-isu besar seputar ketatanegaraan yang sering mucul dimedia nasional, maupun isu-isu kultural yang kerap kali luput dari perhatian kita.
Kekusutan nasionalisme ini terlintas setiap hari didepan mata kita, diberbagai media isu-isu besar pemicu kekusutan ini muncul setiap harinya. Mulai dari bobroknya sistem perpajakan, mafia peradilan, dan berbagai masalah peradministrasian negara lainnya. Seolah cendawan, permasalahan ini muncul pandemik dan ada dimana-mana. Keadaan masyarakat masa kini yang cenderung apatis dan hedonis makin menyuburkan pengusutan ini.
Sejatinya, akar rumputlah yang justru menjadi korban dari kekusutam nasionalisme ini. Tanpa kekuatan yang besar, akar rumput hanya menjadi seseorang yang tertindas dari sistim yang timpang ini. Berbagai kemajuan yang diciptakan Soeharto ternyata berjalan menuju arah yang salah, kemajuan struktural tanpa diimbangi penanaman azas-azas fundamental tiap warga negara akan berakhir kepada kehancuran.
Globalisasi yang menyerang negeri ini semakin memperparah kekusutan nasionalisme ini. Revolusi adalah hal yang tepat untuk membedah kekusutan nasionalisme ini. Jikapun tidak dapat dilakukan, maka jati diri bangsa ini bisa saja hilang didalam hutan lebat globalisasi yang tertutup kabut tebal moderenisasi. Nasionalisme harus dipertahankan, berapapun harganya! Harga mati ini untuk menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. sebelum dilumat habis oleh budaya populer yang kini marak menyerang anak-anak bangsa. Tanpa penanaman nilai-nilai pancasila dan nasionalisme, dengan mudah generasi penerus bangsa ini kehilangan keindonesiaannya.
****
Nasionalisme, mungkin ada kalanya kata tersebut akan basi untuk diperbincangkan. Selama ini pembicaraan mengenai nasionalisme selalu mendapat apresiasi positif. Namun, secara realita hanya beberapa orang saja yang menganggap demikian. Telah banyak mahasiswa kini lebih menyukai kata “fashion” daripada nasionalisme. Kata nasionalisme seolah mengalami peyorasi secara makna maupun dalam berbagai macam perforasi.
Tidaklah tepat kalau banyak pihak menggunakan istilah mengusut nasionalisme. Nasionalisme sudah tidak hanya kusut, tapi terputus dari cita maupun makna yang sebenarnya. Bagaimana tidak, kata nasionalisme tidak lagi muncul dalam percakapan sehari-hari. Kata ini seolah hanya menjadi komoditas retorika semata dari para elit politik. Maka, tidaklah heran jika kata nasionalisme selalu membasahi bibir dalam ruang seminar, kuliah, dan kongres kepartaian.
Ada baiknya meskipun agak frontal bahwa kata nasionalisme dihapuskan saja dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Orang baru merasa berharganya nilai sesuatu ketika kehilangan sesuatu tersebut. Dengan begitu, orang-orang akan meraba dan mencari kembali pendefinisian nasionalisme tidak hanya pada tataran teori tapi juga aplikasi.

Disusun bersama Arif Nur Rahmad dan Arif Akbar JP

Sensor Digital: Era Baru Teknologi Fotografi

Mata Kuliah Sejarah Ilmu Komunikasi dan Media

Sepuluh tahun terakhir menjadi masa-masa di mana teknologi digital ter-upgrade begitu cepat, penemuan-penemuan baru dan juga penyempurnaan terjadi beruntun dengan semakin luarbiasanya produk. Begitu juga yeng terjadi pada fotografi, saat ini kamera bukan hanya milik fotografer saja, hampir semua orang memiliki fasilitas ini. Hal ini wajar karena fungsi kamera sudah mulai ditanam pada handphone, laptop, PDA dan gadget-gadget lain. Apalagi saat ini pabrikan-pabrikan kamera sperti Canon, Nikon dan Sony juga sudah meluncurkan produk-produk kamera poket yang sangat ringan, kecil, mudah digunakan dan murah tentunya. Jadi tidak heran ketika seorang anak berumur lima tahun sudah pintar memotret layaknya fotografer professional hanya dengan memencet tombol shutter pada kamera poket atau handphone milik orangtuanya, hasilnya pun bisa langsung dilihat lewat LCD. Tidak hanya itu, hasil foto juga dengan mudah ditransfer ke komputer ataupun gadget lain mengingat bentuknya berupa data biner (file digital), tidak seperti sebelumnya ketika masih menggunakan media film seluloid yang harus melewati proses panjang, cuci-cetak-scan.
Fenomena ini tentu tidak terjadi begitu saja, rentetan penemuan-penemuan baru sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu menjadikan fotografi menjadi sesempurna saat ini. Dimulai dari konsep awal Mo Ti pada abad ke 5 Sebelum Masehi, yang mana dia mengamati sebuah gejala di ruang gelap yang mendasari cara kerja kamera obscura. Dia mendapati refleksi terbalik pemandangan luar ruangan, di dinding ruang gelap melewati sebuah lubang kecil(pinhole). Kemudian pada abad ke 3 Masehi, dengan segala kecerdasannya, Aristoteles menjabarkan fenomena ini untuk mengamati gerhana matahari. Dia menggunakan kulit yang dilubangi kemudian digelar di atas tanah dan memberikannya jarak untuk menangkap bayangan matahari, cahaya menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Begitu pula yang dilakukan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam yang juga menemukan prinsip kerja kamera obscura seperti halnya Mo Ti dan Aristoteles, dia bersama muridnya, Kamal Ad-Din memperkenalkan temuannya itu kepada orang-orang disekelilingnya, dia menggunakan ruangan tertutup yang disalah satu sisinya terdapat sebuah lubang kecil sehingga bayangan benda-benda yang ada di luar ruangan masuk terhantar oleh seberkas cahaya.


cara kerja kamera obscura di awal penemuan


Kamera Obscura Box modern

Baru pada tahun 1558, Giambattista Della Porta, mulai menyebut kotak yang membantu menangkap cahaya itu sebagai kamera obscura, namun sampai tahap ini belum bisa disebut dengan proses fotografi karena media rekam bayangan belum permanen. Satu abad kemudian seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, apabila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Begitu pula yang dilakukan oleh Johan Heinrich Schulse, seorang professor anatomi berkebangsaan Jerman, dia membuktikan bahwa menghitamnya plat perak chloride disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas, dia mendemonstrasikan fakta itu dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada plat perak chloride, namun sayang dia belum berhasil mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian berturut-turut Thomas Wedgwood dan Humphrey Davy juga melaukakn percobaan lebih lanjut menggunakan perak chloride, tetapi mereka juga belum berhasil, plat-plat mereka dengan cepat berubah menjadi hitam.
Akhirnya, pada tahun 1826, Joseph Nicephore Niepce berhasil mendapatkan gambar yang agak kabur dan mampu mempertahankannya secara permanen dengan menggunakan kamera obscura berlensa dan media plat logam berlapis aspal. Merasa belum optimal dengan hasil fotonya, Niepche mengajak Louis Jacques Mande’ Daguerre bekerja sama, namun malang sebelum menghasilkan temuan baru Niepche meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre berhasil membuat gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi iodine yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercury, kemudian plat tersebut dicuci pada larutan garam dapur dan asir suling. Dia dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya.


Foto pertama yang dibuat oleh Niepce dari jendela rumahnya


Foto pertama yang dibuat oleh Dauggere

Pada tahun-tahun berikutnya penemuan-penemuan baru bermunculan seperti shutter(rana) mulai diperkenalkan William England pada tahun 1887, lahirnya pengusaha sukses legendaris George Eastmen (1854-1932) dengan Kodaknya, penggunaan prisma pada kamera Single Lens Reflect (SLR) tahun 1950, hingga revolusi digital.
Dari sekian banyak penemuan, tentu semuanya memiliki pengaruh besar dalam perkembangan fotografi, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dimana penemuan baru merupakan penyempurnaan dari tahap sebelumnya. Penemuan yang sangat menonjol dan berpengaruh besar adalah dengan ditemukannya sensor digital pertama oleh Willard S. Boyle dan George E. Smith pada tahun 1969. Mereka adalah ilmuwan fisika asal Amerika yang bekerja di Laboratorium Bell di New Jersey. Mereka berdua bekerja sama menemukan sensor pencitra yang dapat mengubah cahaya menjadi titik-titik gambar atau piksel dalam waktu singkat, mereka menyebutnya Charged Couple Device (CCD). CCD ini yang ditanamkan pada kamera digital yang berfungsi menggantikan elemen film seluloid pada kamera analog sebagai sensor penangkap gambar.


sensor pada kamera Nikon D40


sensor pada Olympus E330

Penemuan CCD inilah yang menjadi tonggak awal munculnya era fotografi digital, revolusi teknologi fotografi berkembang sangat pesat, Sony Mavica adalah kamera pertama yang menggunakan sensor digital, namun belum bisa dikatakan sebagai murni kamera digital karena untuk mereview hasil foto harus disambungkan dengan pesawat televisi. Baru pada tahun 1990 pabrikan kamera Kodak menjadi yang pertama kali meluncurkan produk kamera digital, yaitu DSC 100. Namun, kamera-kamera ini sebenarnya masih belum layak pakai dilihat dari segi hasil yang tidak tajam, hal ini dikarenakan resolusi kamera masih sangat rendah, yaitu dibawah 1 megapixel. Berlanjut ditahun-tahun berikutnya pabrikan-pabrikan kamera seperti berlomba menelurkan produk-produk inovasi terbaru mereka, tidak ketinggalan pula digitalisasi pada kamera SLR dan berikutnya hingga saat ini hampir semua produk digital menggunakan kamera sebagai fungsi tambahan seperti pada handphone maupun laptop.
Berkembangnya fotografi digital memberikan dampak yang luar biasa besar bagi kehidupan manusia. kemudahan akses informasi dan komunikasi saat ini tidak bisa dipisahkan dari fotografi digital, kepraktisan yang ditawarkan membuat semua proses kefotografian menjadi lebih singkat dan efisian yang tentu berpengaruh pula pada industri-industri yang berhubungan dengan fotografi, media contohnya. Sebagai contoh adalah penggunaan kamera digital bagi para fotografer media, dengan menggunakan kamera digital, mereka dengan mudah memotret kejadian-kejadian yang mereka liput dengan sesuka hati, maksudnya tanpa takut kehabisan film, selain itu juga hasil foto yang bisa langsung dilihat memungkinkan fotografer untuk melihat fotonya saat itu juga sehingga jika hasil foto kurang memuaskan bisa segera mengambil lagi, tentu hal ini berpengaruh pada hasil akhir, foto-foto yang ditampilkan di media semakin berkualitas. Tidak hanya itu, saat itu juga, fotografer bisa langsung mengirimkan foto-foto hasil jepretannya untuk segera dikirim ke kurator untuk dimoderasi dan dipublikasikan di media. Maka tidak heran jika tidak kurang dari tiga puluh menit, beberapa situs berita dengan cepatnya menyajikan kejadian yang baru saja terjadi, lengkap dengan fotonya.
Hal lain yang lebih akrab dengan kehidupan masyarakat adalah terintegrasinya kamera pada gadget digital seperti handphone, PDA dan laptop. Tanpa adanya kamera, banyak fasilitas seperti perekam video, video calling atau bahkan teleconference dan pengolahan gambar lainnya tidak bisa dilakukan. Bisa dibayangkan betapa penemuan sensor digital mempunyai andil besar dalam perkomunikasian saat ini. Atas penemuan sensor digital ini, tidak salah jika pada tahun 2009 kemarin Boyle dan Smith mendapatkan nobel dalam bidang fisika.


Daftar Pustaka
Buku
Ajidarma, Seno Gumara. 2003. Kisah Mata. Yogyakarta: Galang Press
Alwi, Audy Mirza. 2004. Foto Jurnalistik. Jakarta: PT Bumi Aksara
Drajat, Ray Bachtiar. 2008. Ritual Fotografi. Jakarta
Govern, Thomas Mc. 2003. Belajar Fotografi Hitam Putih dalam 24 Jam. Terjemahan: Armunanto Eko. Jakarta: Penerbit Andi.
Nugroho, R Amien. 2006. Kamus Fotografi. Yogyakarta: Penerbit Andi
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Kamera_digital
http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi
Dwifriansyah, Bonny. 2008. Sejarah Fotografi Dunia. Terarsip di: http://www.insankamil.org/photography-f50/sejarah-fotografi-dunia-t489.htm
Lestari, Annisa. 2008. Sejarah Fotografi. Terarsip di: http://annisalestari.multiply.com/journal/item/18
Primulando, Reinard. 2009. Nobel Fisika 2009: Dari Fisika untuk Anak Muda. Terarsip di: http://engkongfisika.blogspot.com/2009/10/nobel-fisika-2009-dari-fisika-untuk.html

teori komunikasi - Uses and Gratification Theory

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun 1974. Teori ini menyatakan bahwa pengguna media mempunyai peran aktif untuk memilih dan menggunakan media untuk mendapatkan sumber-sumber yang diinginkan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini pengguna media mempunyai kesempatan yang besar untuk memilih sendiri media seperti apa dan informasi apa yang dibutuhkan demi mencapai kepuasan.


Perkembangan teori Uses and Gratification dibagi dalam tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap pertama adalah ketika oleh Elihu Katz dan Blumler memberikan deskripsi tentang orientasi khalayak untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi khalayak.
2. Tahap kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.
3. Tahap ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif khalayak mungkin berhubungan.
Asumsi Teori
Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch menyatakan setidaknya ada lima asumsi dasar uses and gratification theory:
1. Khalayak adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan. Maksudnya, khalayak mempunyai suatu hal yang ingin dicapai dengan penggunaan media, misalnya untuk keluar dari rutinitas yang monoton, menghilangkan kejenuhan, mencari informasi, atau sekedar hiburan.
2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media spesifik terletak di tangan khalayak. Maksudnya, khalayak secara aktif memilih ragam isi apa yang akan dipilih, misalnya ketika membutuhkan informasi atau isu-isu terkini, tentu akan memilih program news untuk memuaskan keinginannya.
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan khalayak. Maksudnya terjadi persaingan antar media yang pada akhirnya memberikan banyak pilihan kepada khalayak.
4. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada peneliti. Maksudnya, khalayak mempunyai landasan/alasan yang kuat mengapa menggunakan media, bisa dilihat dari pemilihan media, ragam isi media dan lain-lain.
5. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Maksudnya, khalayak sendirilah yang bisa menilai suatu isi media, bukannya para peneliti, karena penilaian isi media berhubungan dengan pemilihan khalayak terhadap kepuasan dan tujuan akhirnya.
Kritik
heurisme
Beberapa penelitian yang menggunakan konsep teori ini cukup banyak, menandai bahwa teori ini cukup berhasil dalam fungsi heuristiknya. Beberapa diantaranya adalah penelitian Perse dan Courtwright (1993) tentang penggunaan komputer rumah dan penelitian Bellamy dan Walker (1996) mengenai remote control.
Kegunaan
Beberapa kritikus mempertanyakan beberapa pemikiran utama teori ini, jika konsep kunci dari teori goyah, teori menjadi tidak berguna dan tidak bisa menjelaskan apapun.
Konsitensi logis
Terdapat kekurangan koherensi teoritis yang mana beberapa terminology teori ini memerlukan penjelasan lebih lanjut yang lebih mendetail. Seperti yang dikatakan oleh McQuail (1984) bahwa teori ini terlalu bergantung pada penggunaan media yang fungsional.

Integrasi
Tradisi komunikasi: Sosio-psikological
konteks: komunikasi massa
approach to knowing: positivistic

Daftar Pustaka
Griffin, Emory A. 2003. A First Look at Communication Theory. USA: The McGraw-Hill Companies
Miller, Katherine. 2001. Communication Theories: Perspective, Process and Context. USA: The McGraw-Hill Companies
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, ragam dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
West, Richard dan Iynn Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

teori komunikasi - Agenda Setting Theory

“the media may not only tell us what to think about, they also may tell us how and what to think about it, and perhaps even what to do about it” (McCombs, 1997)

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Walter Lippman (1965) dalam konsepnya “The World Outside and the Picture in our head”. Kemudian, secara empiris teori ini dilakukan oleh Mc Combs dan Donald Shaw. Mereka berpendapat bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peran penting dalam membentuk realitas sosial dengan kewenangannya menonjolkan suatu berita melalui media massa.
Teori ini berawal dari penelitian mereka tentang pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 1986. Penelitian itu menemukan adanya hubungan sebab-akibat antara isi media dengan persepsi pemilih. Pertama-tama, McCombs dan Shaw melihat agenda media, hal ini bisa dilihat dari aspek apa saja yang ditonjolkan oleh pemberitaan media tersebut. Posisi, intensitas dan panjang berita adalah factor yang digunakan oleh media untuk memberikan perhatian lebih terhadap suatu topik. Untuk surat kabar, headline dan editorial setidaknya sudah menunjukkan focus utama pemberitaan. Sementara televisi, dilihat dari tayangan spot berita pertama hingga ketiga dan biasanya disertai sesi dialog.
McCombs dan Shaw melihat isu apa yang didapatkan dari kampanye tersebut untuk mengukur agenda publik, dan ternyata ada kesamaan antara isu yang dibicarakan atau dianggap penting oleh publik atau pemilih dengan isu yang ditonjolkan oleh pemberitaan media massa.

Asumsi Teori
- Khalayak tidak hanya mempelajai isu-isu pemberitaan, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu atau topik tersebut. Dasar pemikirannya adalah diantara banyak topik yang dimuat di media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab di telinga khalayak dan akan dianggap penting dalam periode waktu tertentu, dan begitu pula sebaliknya, topik yang tidak mendapat perhatian lebih dari media akan dianggap tidak lebih penting dari topik yang diunggulkan.
- Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Hal ini juga diungkapkan oleh Griffin (2003:490), khalayak akan menganggap suatu isu penting, karena media menganggap isu itu penting juga. Asumsi kedua ini hampir mirip dengan Teori Peluru yang mengganggap media mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak. bedanya Teori peluru lebih menekankan pada sikap, sedangkan Agenda Setting lebih ke pengetahuan dan kesadaran.

Kritik
Secara umum, para peneliti sepakat bahwa teori agenda setting sangat berhasil dalam hal kesederhanaan, ruang lingkup, dan konsistensi. (Zhu & Blood, 1997 dalam Miller 2001:264).
Selain itu dalam fungsi heuristik Teori Agenda Setting terbilang sangat berguna bagi ilmuwan lain. Teorinya sering digunakan untuk mengkaji fenomena-fenomena komunikasi massa. Huebner, Fan dan Finnegan menggunakan Teori Agenda Setting untuk menjelaskan fenomena komunikasi massa dalm penelitiannya Health Security Act of 1993.

Integrasi
Tradisi komunikasi: Sosio-psikological
konteks: komunikasi massa
approach to knowing: positivistic

Daftar Pustaka
Griffin, Emory A. 2003. A First Look at Communication Theory. USA: The McGraw-Hill Companies
Miller, Katherine. 2001. Communication Theories: Perspective, Process and Context. USA: The McGraw-Hill Companies
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, ragam dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
West, Richard dan Iynn Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

teori komunikasi - Spiral of Silence Theory

Teori ini diperkenalkan oleh Elizabeth Noelle-Neumann, seorang professor komunikasi dari Institute fur Publiziztik Jerman. Teori ini dijabarkan dalam sebuah tulisan yang berjudul The Spiral of Silence yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1984. Noelle-Neumann merumuskan teori ini dari hasil penelitiannya selama bertahun-tahun tentang korelasi antara terpaan media massa dan pembentukan opini publik. Sebagai objeknya, Noelle-Neumann mengamati persaingan dua partai besar dalam pemilu di Jerman, Christian Democrats dan Sosial Democrat dan penggunaan media massa sebagai pembentuk opini publik.
Asumsi Teori
• Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang dengan adanya isolasi
Asumsi ini menganggap opini publik menjadi penentu apakah nilai-nilai tertentu akan diyakini bersama dalam sebuah populasi. Ketika seseorang mempunyai kesamaan pendapat dengan opini publik, maka dia akan merasa lebih nyaman dan ketakutan akan isolasipun berkurang. Sebaliknya ketika terdapat perbedaan pendapat, ketakutan akan isolasipun akan semakin besar.
• Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap saat mencoba menilai iklim opini.
Asumsi ini menyatakan bahwa orang secara terus menerus menilai iklim dari opini publik. Penilaian ini berdasarkan informasi-informasi yang mereka dapat dari observasi pribadi maupun media.
• Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik.
Asumsi ini pada intinya mengemukakan bahwa iindividu cenderung akan mengkomunikasikan pendapatnya jika orang-orang (opini publik) sependapat dengannya, sebaliknya jika orang-orang (opini publik) tidak mendukung pendapatnya, maka individu tersebut cenderung diam.

Kritik
• Heurisme
Secara heuristik, teori Noelle-Neumann ini sangat berhasil menjadi pemantik bagi ilmuwan-ilmuwan lainnya. Banyak peneliti yang menggunakan teorinya untuk melakukan penelitian lanjutan, seperti Wedel yang meneliti tentang popularitas stasiun radio, Neuwirth dan Frederick yang meneliti tentang perilaku minum, dan masih banyak lagi penelitian yang menggunakan konsep Spiral of Silence. Kerelevanan yang ditawarkan memicu semakin banyaknya penggunaan, dan terbukti dengan bervariasinya topik yang berhasil dijelaskan.
• Konsistensi Logis
Seperti halnya teori-teori lain, beberapa kritik mengenai kekonsistensian teori ini bermunculan terutama dalam beberapa istilah dan konsep.
Charles Salmon dan F Gerald Kline (1985) -> kegagalan Spiral of Silence dalam menjelaskan ego seseorang dalam sebuah isu. Contohnya, teori ini tidak bisa diterapkan pada orang-orang yang memiliki keyakinan kuat terhadap sesuatu, biasanya menyangkut hal-hal keyakinan beragama. Umat Islam taat di Amerika tetap saja tidak mau makan daging babi meski lingkungannya menghalalkan itu.
Caroll Glynn dan Jack McLeod (1985) -> menganggap Noelle-Neumann tidak secara empiris menguji asumsi bahwa rasa takut akan isolasi menghalangi orang untuk berbicara. Mereka juga berargumen bahwa pengaruh komunitas tidak dimasukkan oleh Neumann dalam konsep asumsinya.

Integrasi
Tradisi komunikasi: Sosio-psikological
konteks: komunikasi massa
approach to knowing: positivistic

Daftar Pustaka
Griffin, Emory A. 2003. A First Look at Communication Theory. USA: The McGraw-Hill Companies
Miller, Katherine. 2001. Communication Theories: Perspective, Process and Context. USA: The McGraw-Hill Companies
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, ragam dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
West, Richard dan Iynn Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Kamis, 03 Juni 2010

acara - seminar nasional "aktifitas matahari di tahun 2012

Sabtu, 5 Juni 2010 jam 08.00-12.00 WIB